Sejarah Keluarga (Historiografi Keluarga)
HISTORIOGRAFI KELUARGA: SEJARAH PENDIDIKAN KELUARGA BAPAK NURYAS DARI
GENERASI KE GENERASI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PENGANTAR ILMU SEJARAH
Yang dibina oleh:
Ibu Indah Wahyu Puji Utami., S.Pd.,
S.Hum., M.Pd.
Oleh:
Anita Syahru Romadhona
160731614813
OFFERING C
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
DESEMBER, 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Keluarga merupakan
unit sosial terkecil dalam masyarakat serta institusi pertama yang dimasuki
seorang manusia setelah dilahirkan. Di masyarakat maupun di dunia, keluarga
merupakan kebutuhan universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam
kehidupan setiap individu. Keluarga
dapat digolongkan ke dalam kelompok penting, selain karena para anggotanya
saling mengadakan kontak langsung juga karena adanya kekerabatan dari para
anggotanya.
Sejatinya,
keluarga mempunyai beberapa fungsi diantaranya yakni untuk meneruskan
keturunan, membentuk kepribadian anak sesuai norma-norma atau peratura yang
berlaku di keluarga tersebut, saling memberikan kasih sayang terhadap sesama
anggota keluarga, melindungi seluruh anggota dari berbagai bahaya yang dialami
oleh anggota keluarga serta tidak lupa keluarga merupakan sarana untuk
memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai bakat
minat yang dimilikinya. (Russen, 1982)
Yang sangat
bersifat umum ialah anak mendapat pendidikan oleh orang tua dan angggota
keluarga lainnya. Dimana pendidikan dapat membentuk karakter kepribadian
seorang anak. Oleh karena itu, dengan memahami sejarah keluarga kita dapat
mengetahui sistem pendidikan yang dilaksanakan keluarga dari generasi ke
generasi. Tidak hanya mengenali, namun dengan memahami dan mempelajari sejarah
keluarga kita dapat mengambil hikmah agar dapat menjadi lebih baik lagi di masa
yang akan datang.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Bagaimana sejarah pendidikan
keluarga Bapak Nuryas dan Ibu Buama?
1.2.2 Bagaimana sejarah pendidikan generasi pertama
keluarga Nuryas dan Ibu Buama?
1.2.3 Bagaimana sejarah pendidikan
generasi kedua keluarga Nuryas dan Ibu Buama?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah pendidikan keluarga
Bapak Nuryas dan Ibu Buama.
1.3.2 Untuk mengetahui sejarah pendidikan generasi
pertama keluarga Nuryas dan Ibu Buama.
1.3.3
Untuk mengetahui sejarah pendidikan generasi kedua keluarga Nuryas dan Ibu
Buama.
1.4 Manfaat
1.4.1
Menambah pengetahuan mengenai silsilah keluarga.
1.4.2 Menambah
pengetahuan mengenai sistem pendidikan yang dilakukan oleh keluarga Bapak
Nuryas.
1.4.3
Mempererat tali silaturahmi
1.5 Metode
sejarah
Penelitian sejarah mempunyai 5 tahapan, yakni pemilihan topik, pengumpulan sumber sejarah
(Heuristik), verifikasi (kritik sumber, menguji keabsahan sumber sejarah),
interpretasi (analisis) serta penulisan sejarah (Historiografi) (Kuntowijaya, 1995) .
a.
Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Penulis
mengumpulkan data melalui dua sumber
yakni sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Dimana sumber tertulis
didapatkan dengan adanya ijazah, buku perkawinan, akta kelahiran dan kartu
keluarga. Sedangkan sumber tidak tertulis, penulis mendapatkan sumber-sumber
lisan dengan cara wawancara kepada pihak-pihak yang berhubungan erat dengan
Bapak Nuryas sendiri, yakni anggota keluarga dari Bapak Nuryas.
b.
Kritik/Verifikasi
Dalam tahap ini, penulis melakukan tahap
mengkritik data, yakni dengan membandingkan data yang diperoleh antara sumber primer
dan sumber sekunder, yakni wawancara dari anggota keluarga Bapak Nuryas agar
memperoleh sumber bukti yang dapat terbukti keabsahannya.
c.
Interpretasi
Setelah melakukan tahapan verifikasi, penulis
menginterpretasi/menafsirkan sumber-sumber yang telah didapat yakni sumber
primer maupun sekunder agar sesuai dengan fakta yang ada.
d.
Historiografi
Dalam tahapan historiografi, penulis
memulai dengan Bab I yakni pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat serta metode sejarah. Kemudian Bab II yang berisi
pembahasan. Pembahasan disini merupakan rangkaian cerita atau jawaban dari
rumusan masalah, serta cerita kronologis mengenai sejarah kehidupan Bapak
Nuryas. Lalu Bab III yang merupakan penutup dari uraian ini. Berisi kesimpulan
beserta saran.
BAB II SEJARAH PENDIDIKAN KELUARGA BAPAK
NURYAS DARI GENERASI KE GENERASI
2.1
Sejarah
Pendidikan Keluarga Bapak Nuryas dan Ibu Buama
Nuryas, beliau merupakan kakek dari
garis ibu saya. Beliau lahir di Probolinggo tahun 1953. Saat itu Indonesia
telah merdeka dan Ir. Soekarno sebagai presidennya. Kondisi masyarakatnya masih
stabil, perekonomian masih dapat dikendalikan serta pendidikan juga masih
diperhatikan. Nuryas merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Orang tua dari Nuryas
hanya bekeja sebagai buruh tani di daerah kecil Kota Probolinggo. Karena
dulunya, wilayah persawahan di kota itu masih terbilang banyak daripada
sekarang ini. Meskipun orang tua dari Baapak Nuryas hanya bekerja sebagai
petani, beliau masih bisa menikmati hiruk pikuknya sekolah. Umur 7 tahun, beliau
masuk Sekolah Rakyat/SR (setingkat sekolah dasar) di dekat rumah tinggalnya
yakni Sekolah Rakyat Minakoncar. Sekolah Rakyat Minakoncar ini terdiri dari 6
kelas, yakni dari kelas 1 hingga kelas 6. Sekolah ini masih bisa terbilang
layak, karena kelas yang dipakai masih bisa terpakai meskipun ada bagian kelas
yang sedikit rusak.
Mata pelajaran yang diberikan di
kelas 1 saat itu umumnya masih sama dengan materi kelas 1 saat ini, yakni
pelajaran mengeja huruf. Hingga ke tingkatan akhir juga masih hampir sama
materi yang diberikan sampai sekarang. Upacara bendera setiap hari Senin juga
masih berlangsung dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta lagu-lagu daerah
dan lagu-lagu perjuangan lainnya yang tidak perah absen dinyanyikan oleh semua
warga sekolah. Ini dilakukan guna mendidik siswa agar terus mengenang serta
membangkitkan semangat kebangsaan di setiap insan siswa.
Tahun 1965 ketika ia masih berada di
kelas 5, peristiwa mengerikan terjadi. Peristiwa G 30 S/PKI (Gestapu) banyak
menelan korban, tidak tanggung-tanggung teman akrabnya pun ada yang meninggal
karena peristiwa tersebut. Karena peristiwa tersebut banyak anak yang takut
untuk masuk sekolah.
Setelah ia tamat Sekolah Rakyat
Minakoncar, ia memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah karena terhalang oleh
biaya. Karena tidak bersekolah lagi, ia mulai membantu orang tuanya untuk
mengurusi sawah. Setelah bertahun-tahun bekerja menggeluti dunia persawahan, ia
dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan gadis cantik yang bernama Buamah.
Gadis cantik ini merupakan gadis yang terkenal ulet dalam melakukan pekerjaan
apapun. Lucunya, saat ditanyai oleh Nuryas ia alumni sekolah mana Buamah hanya
tertawa, karena sejujurnya ia sekolah tidak sampai tamat. Artinya ia drop out dari sekolah karena lagi-lagi
biaya adalah penghalang. Ia hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 3 Madrasah Ibtidayah (MI) Jrebeng. Pada tahun 1972 mereka menikah dan dikarunia 7 orang anak. Namun, Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Anak mereka yang keempat dan kelima meninggal dunia.
2.2 Sejarah Pendidikan Generasi
Pertama Keluarga Bapak Nuryas dan Ibu Buama
Meskipun Nuryas hanya lulusan Sekolah
Rakyat, ia selalu mengajarkan kepada anak-anaknya berperilaku yang baik,
bertutur kata yang baik, serta sering mengajarkan lagu-lagu perjuangan kepada
anak dan cucunya. Serta tidak lupa pelajaran keagamaan yang ditanamkan kuat di
kehidupan anak-anaknya. Saat semua anaknya bersekolah, ia bekerja hingga
anaknya pulang. Ketika sore menjelang malam, mereka semua berkumpul untuk
bercengkrama dan anak tertua biasanya mengajari adik-adiknya pekerjaan
sekolahnya.
Anak pertama dari pasangan Nuryas dan
Buamah ini bernama Nur Hasan. Lahir di Probolinggo. Ia merupakan alumni. Setelah
sudah cukup mapan dan mempunyai pekerjaan ia akhirnya dijodohkan dengan Mimin
Amani dan akhirnya menikah. Usut punya
usut, Mimin Amani merupakan adik kelasnya saat bersekolah di MAN 2 Problinggo. Anak
kedua bernama Yunus, dulu ia bersekolah di SD Jati 6, SMP Panca Marga terakhir
SMU Muhammadiyah. Selama bersekolah, Yunus merupakan murid yang rajin bahkan
kakaknya pun kalah dengannya. Yunus mempunyai seorang isteri bernama Warsih
yang merupakan lulusan. Sama seperti kakaknya ia juga menikah dengan gadis yang
dijodohkan oleh kedua orang tua
mereka.
mereka.
Selanjutnya anak ketiga dari pasangan
Nuryas dan Buamah ini bernama Chotijah, lahir pada tanggal 9 Desember 1980 di
Probolinggo. Selama hidupnya, ia hanya menikmati sekolah di sekolah dasar saja
karena ketidak mampuan ekonomi. Ia bersekolah di SD Jati 4 sampai tamat, selama
bersekolah ia juga merawat adik-adiknya yang masih kecil. Alasan ia putus
sekolah juga karena harus mengalah kepada kedua adiknya yang masih kecil untuk
terus bersekolah. Saat ia berumur 17 tahun, ia menikah dengan Azis Suharyoto. Dari
ketiga bersaudara, hanya Chotijahlah yang tidak dijodohkan, awalnya ia tidak
sengaja bertemu dengan lelaki pujaannya di rumah tetangganya. Saat itu, Azis
sedang berkunjung ke rumah teman seperantauannya. Azis memang lahir di
Probolinggo, lebih tepatnya tanggal 16 Agustus 1976 namun masa SMA nya dihabiskan
di Lombok, Nusa Tenggara Barat karena harus ikut saudaranya. Azis merupakan
lulusan SD Jati 2, SMP 3 Probolinggo, dan SMA Al-Ittihad. Selama sekolah, Azis
merupakan siswa yang rajin karena disela-sela sekolah ia juga berjualan koran
untuk membantu orang tuanya
dalam membiayai sekolahnya begitu seterusnya hingga ia SMA. |
Anak ke empat dari keluarga Nuryas ialah Sholeh Budiman. Lelaki ini merupakan atlet sepak bola mulai dari SMP hingga SMK yang pernah menjuarai liga sepak bola antar kota dimasanya. Ia pernah bersekolah di SD Jati 3, lalu melanjutkan ke tingkat SMP yakni SMP Panca Marga dan STM Siang. Meskipun bukan murid yang terbilang pandai, ia adalah seorang adik sekaligus kakak yang penyayang. Karena ia selalu sabar dalam memberikan pegetahuan kepada siapa saja. Saat ini ia sudah mempunyai isteri cantik yang bernama Umi Nur Aini. Isteri dari Sholeh Budiman ini merupakan seorang guru mengaji. Ia lulusan SD Sukoharjo, SMP 3 serta SMA 1 Dringu.
Anak
bungsu dari keluarga ini bernama Ilfina. Perempuan cantik nan mungil ini pernah
bersekolah di SD Jati 4, SMP 9 serta alumni SMKN 1 Probolinggo. Perempuan
jurusan Administrasi ini cukup pandai dalam pelajaran-pelajaran di sekolah.
Saat ini ia sudah bersuami dan memiliki satu orang anak. Suaminya bernama Rudi
Setiyawan, ia merupakan alumni SD Leces 1, SMP 2 Leces dan SMK
2.3 Sejarah Pendidikan Generasi Kedua Keluarga Bapak Nuryas dan Ibu Buamah
Generasi kedua dari keluarga Bapak
Nuryas dan Ibu Buamah merupakan para cucu dari keluarga ini. Seperti pada
keluarga umumnya, cucu-cucu dari Bapak Nuryas ini masih sangat beruntung karena
telah diberikan kesempatan untuk bersekolah, tidak seperti orang-orang
sebelumnya yang belum tentu pernah merasakan bagaimana hiruk-pikuknya bersekolah.
Semua cucu dari Bapak Nuryas rata-rata saat ini masih menempuh sekolah dan ada
juga yang saat ini bekerja sambil bersekolah.
Cucu dari anak pertama Bapak Nuryas
yakni pasangan Nur Hasan dan Mimin Amani ini bernama Nur Hasanah. Ia merupakan
alumni SDN Jati IV, lalu menempuh sekolah lanjutan di SMPN 9 Probolinggo serta
SMK Taman Madya Probolinggo jurusan Adminostrasi Perkantoran. Saat ini ia
bekerja di salah satu TK di Kota Probolinggo selepas menamatkan sekolah SMK-nya,
meskipun begitu ia juga masih menempuh pendidikan di Universitas swasta
semester 5. Sejak kecil ia telah ditanamkan kedisiplinan yang tinggi oleh kedua
orang tuanya. Sistem pendidikan keluarga masih berjalan sangat kental dan terus
menurun kepada kedua adiknya, yakni belajar bersama di ruang tengah sambil
bercengkrama. Sama sepertinya, adik dari Nur Hasanah ini juga masih melanjutkan
sekolah. Anak kedua dari pasangan Nur Hasan dan Mimin Amani ini bernama Ulul
Azmi yang saat ini masih bersekolah di SMKN 2 Probolinggo jurusan Teknik Mesin
ini adalah alumni TK PGRI Jati, lalu SDN Jati 2 serta SMPN 9 Probolinggo.
Sedangkan anak bungsu dari Bapak Nur Hasan ini bernama Irsyad Ashari yan saat
ini masih bersekolah di SDN Jati V kelas 2. Metode pendidikan yang diajarkan
pada keluarga ini selain bercengkrama ialah dengan mengadakan refreshing ketika
waktu luang. Karena mereka yakin belajar dapat dilakukan dengan bermain juga.
Cucu selanjutnya dari Bapak Nuryas
ini bernama Andies Nur Azizah. Ia merupakan anak pertama pasangan Aziz
Suharyoto dan Chodijah. Saat ini ia bekerja di Bank Surasari Hutama, salah satu
bank swasta cabang Probolinggo. Perempuan lulusan SMKN 1 Probolinggo jurusan
Akuntansi ini selain bekerja ia juga masih melanjutkan kuliah Akuntansi di
Universitas Terbuka, karena kesibukannya ia baru masuk kuliah tahun 2016.
Perempuan ini merupakan alumni TK Puspita, SDN Jati 1, serta SMPN 3
Probolinggo. Selama menempuh pendidikan, ia tidak pernah absen dari ranking 5
besar di sekolah. Andies Nur Azizah juga memiliki seorang adik, yakni saya
sendiri yang bernama Anita Syahru Romadhona.
Saat ini saya berkuliah di Universitas Negeri Malang jurusan Sejarah. Sebetulnya,
entah karena faktor kebetulan saya bersekolah di sekolah yang sama dengan kakak
saya sejak TK hingga SMP. Namun untuk SMA, saya memilih SMAN 4 Probolinggo.
Seperti kakak saya, selama bersekolah saya juga tidak pernah absen dari ranking
5 besar di sekolah. Sistem pendidikan di keluarga saya khususnya tidak terlalu ketat namun disiplin sangat kuat.
Setiap hari sesudah maghrib keluarga saya selalu berkumpul di ruang tengah
untuk saling belajar bersama. Bapak serta kakak saya khususnya sering mengajari
saya jika ada pelajaran yang tidak saya mengerti. Sedangkan ibu saya selalu
menyuguhkan makanan di sela-sela belajar bersama. Bapak saya tidak pernah
menuntut kami untuk belajar terlalu keras. Karena hanya akan berdampak buruk
bagi anaknya. Meskipun begitu, saya dan
kakak saya harus pintar-pintar untuk belajar agar cita-cita dapat terwujud.
Adapun cucu dari anak kedua Bapak Nuryas yakni pasangan Yunus dan Warsih ini bernama Novian Mofatihul Huda. Novian atau biasa dipanggil Vian ini masih duduk di bangku kelas X (Sepuluh) SMKN 4 Probolinggo yang merupakan sekolah pelayaran. Dimana sekolah tersebut terkenal dengan alumni-alumninya yang sukses hingga di negara-negara lain. Anak kedua mereka bernama Mohammad Ibnu Nur Kholis yang biasa di panggil Ibnu ini masih duduk di kelas 6 SD di SDN Kanigaran 3. Berbeda dengan sang kakak, Ibnu ini sering mendapatkan ranking di kelasnya.
Adapun cucu dari anak kedua Bapak Nuryas yakni pasangan Yunus dan Warsih ini bernama Novian Mofatihul Huda. Novian atau biasa dipanggil Vian ini masih duduk di bangku kelas X (Sepuluh) SMKN 4 Probolinggo yang merupakan sekolah pelayaran. Dimana sekolah tersebut terkenal dengan alumni-alumninya yang sukses hingga di negara-negara lain. Anak kedua mereka bernama Mohammad Ibnu Nur Kholis yang biasa di panggil Ibnu ini masih duduk di kelas 6 SD di SDN Kanigaran 3. Berbeda dengan sang kakak, Ibnu ini sering mendapatkan ranking di kelasnya.
Namun
semua pasti tidak selalu berjalan mulus, karena ada saja rintangan dalam
menempuh pendidikan. Seperti contoh ketika saya dan kakak saya saat ini
menempuh bidang masing-masing (kuliah dan bekerja), ada saja tetangga yang
tidak suka. Namun kami tidak terlalu memperdulikannya. Karena kesuksesan akan
datang jika kami terus maju dan teguh dalam pendirian.
Selanjutnya
adalah Muhammad Haikal, anak kecil ini merupakan cucu keluarga Bapak Nuryas dan
merupakan anak dari pasangan Sholeh Budiman dan Umi Nur Aini. Meskipun Haikal
masih berusia 4,5 tahun ia sudah memasuki sekolah PAUD (Pendidikan Dasar Usia
Dini). Namun memang usia seperti Haikal adalah usia berkembangnya anak,
sehingga yang dilakukan hanya bermain. Namun pendidikan agama di keluarga ini
sangatlah kuat.
Cucu
dari anak terakhir keluarga Bapak Nuryas yakni dari pasangan Ilfina dan Rudi
Setiayawan bernama Rizky Maulidina. Perempuan kecil nan lucu ini biasa
dipanggil Dina. Saat ini ia masih berada di kelas 1 SDN Jati 1. Meskipun masih
kelas 1, Dina adalah siswa yang aktif karena sejak TK ia selalu ditunjuk oleh
gurunya untuk tampil di acara seni.
Keluarga
besar Bapak Nuryas ini setiap akhir pekan pasti mengadakan kumpul keluarga di
rumah pusat atau di rumah kediaman Bapak Nuryas di Jalan S.Parman Gang Pelita 2
no.22. hal ini bertujuan untuk semakin mempererat tali silaturahmi karena
masing-masing anak dari Bapak Nuryas kebanyakan sudah memiliki rumah sendiri.
Saat kumpul bersama, hal yang pasti dilakukan ialah bercengkrama dan terkadang
menceritakan sejarah perjalanan masing-masing keluarga.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan faktor utama
pembentuk kepribadian individu dimana tanpa didikan dan arahan keluarga, individu
tersebut pasti akan menyimpang dari aturan yang berlaku. Entah aturan dari
keluarga itu sendiri ataupun aturan dari lingkungan bermasyarakat. Seperti
halnya pendidikan yang dilakukan oleh keluarga besar Bapak Nuryas dan Ibu
Buamah yang dalam mempraktekkannya yakni dengan cara bercengkrama bersama-sama
dengan diselingi pelajaran-pelajaran bersejarah. Dengan hal kecil seperti ini
akan membentuk jiwa nasionalisme disetiap individunya. Selain pelajaran tentang
hal-hal yang berbau sejarah, keluarga Bapak Nuryas juga tidak lupa memberikan
pelajaran keagamaan yang dapat memberikan tuntunan hidup.
3.2
Saran
Dalam melakukan
proses historiografi sejarah tidaklah mudah, karena mungkin saja masih banyak
kesalahan dari penulisan sejarah tersebut. Sehingga saya sebagai penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk dapat memperbaiki hasil
penulisan sejarah ini.
Daftar rujukan
Indrafachrudi, S. (1985/1986). Kebijaksanaan
Pendidikan di Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Kuntowijaya. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Russen, P. (1982). Pendidikan Keluarga dan Masalah Kewibawaan.
Bandung: Jemmars.
Narasumber 1:
1. Nama : Nuryas
2. Pekerjaan : Buruh tani, ta’mir
masjid
3. Hubungan
dengan penulis : Kakek kandung (dari
garis ibu)
Narasumber 2:
1. Nama : Azis
Suharyoto
2. Tempat,
tanggal lahir : Probolinggo, 16
Agustus 1976
3. Pekerjaan : Karyawan swasta
4. Hubungan
dengan penulis : Bapak kandung
Narasumber 3:
1. Nama : Nur Hasan
2. Tempat,
tanggal lahir : Probolinggo, 3
Agustus 1970
3. Pekerjaan : Karyawan swasta
4. Hubungan
dengan penulis : Pak Dhe (dari garis ibu)
Bagus sekali ya ceritanya
BalasHapus